Selasa, 13 Juni 2017
Bentangalam Gunungapi
Pembentukan bentangalam gunungapi sepenuhnya dikendalikan oleh proses proses geologi (gaya endogenik) sejak saat pembentukannya hingga setelah gunungapi tersebut terbentuk. Dengan demikian, bentuk bentuk dan jenis bentangalam gunungapi akan diicirikan oleh material yang membentuk gunungapi tersebut, dimana sebaliknya tergantung pada tingkah laku erupsi gunungapinya. Meskipun proses-proses yang terjadi setelahnya dapat merubah bentuk bentuk bentangalam aslinya. Berikut ini diuraikan bagaimana bentuk bentuk bentangalam gunungapi terbentuk dan beberapa kasus tentang perubahan bentangalam gunungapi setelah terbentuk.
1. Morfologi Gunungapi Perisai (Shield Volcanoes)
- Gunungapi perisai dicirikan oleh kelerengan yang landai, kurang lebih 50 – 100.
- Gunungapi perisai sebagian besar tersusun dari aliran lava yang relative tipis yang terbentuk disekeliling pusat erupsi.
- Hampir semua perisai terbentuk oleh magma yang berviskositas rendah yang memungkinkan mengalir dengan mudah kearah kaki lereng dari sumbernya.
- Magma berviskositas rendah memungkinkan lava bergerak kearah kaki lereng, tetapi saat mendingin viskositasnya akan meningkat sehingga akan menyebabkan lereng bagian bawah menjadi lebih curam.
- Pada peta kebanyakan gunungapi perisai berbentuk oval atau melingkar.
- Pada gunungapi perisai, material piroklastik jarang dijumpai dan apabila ada hanya tersebar disekitar lubang erupsi yang terbetuk ketika terjadi erupsi.
- Dengan demikian, gunungapi perisai merupakan gunungapi yang bersifat non-explosive.
Gambar 1. Penampang melintang Gunungapi Perisai
Gambar 2 Morfologi Gunungapi Perisai
2. Morfologi Kerucut Gunungapi Strato (Stratovolcanoes)
- Kemiringan lerengnya lebih besar dibandingkan dengan gunungapi perisai, dengan sudut lereng berkisar antara 60 – 100 di bagian kaki dan kearah puncak mencapai sudut lerengnya mencapai 300.
- Keterjalan lereng yang berada dekat puncak disebabkan aliran lava yang viskositasnya rendah tidak dapat mengalir lebih jauh kearah kaki lereng.
- Kelerengan yang rendah di kaki gunungapi dikarenakan akumulasi material hasil erosi dari gunungapi dan akumulasi material piroklastik
- Gunungapi strato umumnya tersusun dari perselingan lava dan material piroklastik
- Gunungapi strato umumnya bersifat eksplosif dibandingkan dengan gunungapi perisai dikarenakan sifat magmanya yang viskositasnya lebih tinggi.
Gambar 3. Penampang melintang Gunungapi Strato
Gambar 4. Morfologi Gunungapi Strato
3. Morfologi Kerucut Cinder (Cinder Cones)
- Kerucut Cinder adalah kerucut gunungapi yang volumenya kecil didominasi oleh tephra hasil erupsi Stromboli. Umumnya bersusunan material basaltis – andesitic.
- Merupakan endapan hasil jatuhan material erupsi disekitar lubang kepundan.
- Kelerengan kerucut gunungapi dikontrol oleh sudut kestabilan dari material yang bersifat lepas, umumnya berkisar antara 250 – 350.
- Tersusun dari perselingan lapisan piroklastik dengan ukuran yang berbeda beda yang disebabkan oleh intensitas tingkat letusan yang berbeda.
- Apabila aliran lava diemisikan dari kerucut tepehra, seringkali diemisikan dari lubang kepundan atau dekat dasar kerucut selama tahap erupsi selanjutnya.
- Kerucut cinder umumnya terbentuk disekitar lubang kepundan dan badan gunungapi strato.
- Kerucut cinder seringkali terbentuk dalam kelompok, dimana puluhan hingga ratusan kerucut dapat dijumpai di satu tempat.
Gambar 5. Penampang melintang Kerucut Cinder
Gambar 6. Morfologi Kerucut Cinder
4. Morfologi Kawah Maar.
- Morfologi Maar adalah bentangalam berelief rendah dan luas dari suatu kawah gunungapi hasil erupsi preatik atau preatomagmatik, letusannya disebabkan oleh air bawah tanah yang kontak dengan magma. Ciri dari morfologi Maar umumnya diisi oleh air membentuk suatu danau kawah yang dangkal.
- Bagian dari diding kawah seringkali runtuh kedalam kawah, lubang kawah terisi material lepas dan apabila kawah masih lebih dalam dibandingkan dengan muka air tanah, maka kawah akan terisi air membentuk suatu danau dengan ketinggian air setinggi muka air tanahnya.
Gambar 7. Penampang melintang Maar
Gambar 8. Morfologi Kawah Maar
5. Morfologi Kubah Gunungapi (Volcanic Domes) / Sumbat Lava (Lava Plug)
- Kubah gunungapi merupakan hasil ekstrusi lava yang berkomposisi rhyolitic atau andesitic dengan viskositas tinggi dan kandungan gas yang kecil. Selama viskositasnya tinggi maka lava tidak dapat mengalir jauh dari lubang kepundannya, sebaliknya akan naik membentuk tiang diatas lubang kepundan.
- Permukaan kubah gunungapi umumnya sangat kasar dengan sejumlah spines yang mengalami tekanan oleh magma yang berada dibawahnya.
Gambar 9. Penampang Kubah Gunungapi
Gambar 10. Morfologi Kubah Lava Gunungapi
6. Morfologi Kawah dan Kaldera (Craters and Calderas landforms)
- Kawah adalah cekungan yang berbentuk melingkar, umumnya berdiameter kurang dari 1 km dan terbentuk sebagai hasil eksplosi ketika melepaskan gas atau tephra.
- Kaldera adalah cekungan berbentuk melingkar dengan luas berkisar aantara 1 – 50 km. Kaldera terbentuk sebagai hasil runtuhnya struktur badan gunungapi. Hasil runtuhannya masuk kedalam ruangan magma.
- Kaldera seringkali berupa cekungan yang tertutup sehingga mampu menampung air hujan sehingga seringkali membentuk danau didalam kaldera.
Gambar 11. Morfologi Kaldera
7. Morfologi Plateau Basalt
- Plateau basalt adalah aliran magma basaltic yang sangat encer dengan viskositas rendah yang keluar dari lubang kepundan yang berbentuk linear. Lava basalt mengalir tersebar kearea yang luas dengan kelerengan yang landai membentuk suatu plateau.
- Contoh plateau basalt yang sangat terkenal adalah yang terjadi di Iceland pada tahun 1783, dimana lava basalt keluar dari rekahan fiisure sepanjang 32 km dan menutupi area seluas 588 km2 dengan 12 km3 lava.
Gambar 12. Morfologi Plateau Basalt
8. Morfologi Jenjang Gunungapi (Volcanic-neck Landforms)
Morfologi Jenjang Gunungapi adalah bentangalam yang berbentuk bukit yang menyerupai leher atau tiang merupakan sisa dari proses denudasi suatu gunungapi.
Gambar 13. Morfologi Jenjang Gunungapi
9. Morfologi Perbukitan Sisa Gunungapi (Volcanic Remnant Landforms)
Morfologi perbukitan sisa gunungapi (volcanic remnant) adalah bentangalam yang berbentuk perbukitan/bukit yang merupakan sisa-sisa dari suatu gunungapi yang telah mengalami proses denudasi.
Gambar 14. Morfologi Sisa Gunungapi (Volcanic remnant)
10. Morfologi Aliran Lava
Morfologi Aliran Lava adalah suatu bentuk bentangalam yang berbentuk datar yang terjadi oleh proses pengendapan aliran lava yang keluar dari erupsi suatu gunungapi.
11. Morfologi Punggungan Aliran Piroklastik / Lahar
Morfologi Punggungan/bukit aliran piroklastik/lahar adalah suatu bentuk bentangalam yang berupa punggungan atau bukit yang terjadi oleh proses pengendapan aliran piroklastik/lahar produk gunungapi.
Gambar 15. Morfologi Aliran Lava
Gambar 16. Morfologi Punggungan Aliran Piroklastik
12. Morfologi Dataran / Kipas Aliran Lava
Morfologi dataran/kipas aliran lava adalah suatu bentuk bentangalam dataran atau menyerupai kipas merupakan hasil pengendapan aliran lava yang keluar dari erupsi suatu gunungapi.
Gambar 17. Morfologi Dataran Aliran Lava
13. Morfologi Dataran / Kipas Aliran Piroklastik
Morfologi dataran/kipas aliran piroklastik adalah suatu bentuk bentangalam dataran atau menyerupai kipas merupakan hasil pengendapan material piroklastik.
15. Morfologi Dataran Antara Gunungapi
Morfologi dataran antara gunungapi adalah suatu bentuk bentangalam dataran yang berada diantara kumpulan gunungapi.
Gambar 18. Morfologi Dataran Antara Gunungapi
Sumber :
Djauhari Noor,2012.Pengantar Geologi edisi Kedua, Bogor:Pakuan University Pres
SKALA WAKTU GEOLOGI
Pada dasarnya bumi secara konstan berubah dan tidak
ada satupun yang terdapat diatas permukaan bumi yang benar-benar bersifat
permanen. Bebatuan yang berada diatas bukit mungkin dahulunya berasal dari
bawah laut. Oleh karena itu untuk mempelajari bumi maka dimensi “waktu” menjadi
sangat penting, dengan demikian mempelajari sejarah bumi juga menjadi hal yang
sangat penting pula. Ketika kita berbicara tentang catatan sejarah manusia,
maka biasanya ukuran waktunya dihitung dalam tahun, atau abad atau bahkan
puluhan abad, akan tetapi apabila kita berbicara tentang sejarah bumi, maka
ukuran waktu dihitung dalam jutaan tahun atau milyaran tahun. Waktu merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Catatan waktu
biasanya disimpan dalam suatu penanggalan (kalender) yang pengukurannya
didasarkan atas peredaran bumi di alam semesta. Sekali bumi berputar pada
sumbunya (satu kali rotasi) dikenal dengan satu hari, dan setiap sekali bumi
mengelilingi Matahari dikenal dengan satu tahun.Sama halnya dengan perhitungan
waktu dalam kehidupan manusia, maka dalam mempelajari sejarah bumi juga dipakai
suatu jenis penanggalan, yang dikenal dengan nama “Skala Waktu Geologi”.
Skala Waktu Geologi berbeda dengan penanggalan yang
kita kenal sehari-hari. Skala waktu geologi dapat diumpamakan sebagai sebuah
buku yang tersusun dari halaman-halaman, dimana setiap halaman dari buku
tersebut diwakili oleh batuan. Beberapa halaman dari buku tersebut kadang kala
hilang dan halaman buku tersebut tidak diberi nomor, namun demikian kita masih
dapat membaca buku tersebut karena ilmu geologi menyediakan alat kepada kita
untuk membantu membaca buku tersebut. Terdapat 2 skala waktu yang dipakai untuk
mengukur dan menentukan umur Bumi. Pertama, adalah Skala Waktu Relatif, yaitu
skala waktu yang ditentukan berdasarkan atas urutan perlapisan batuan-batuan
serta evolusi kehidupan organisme dimasa yang lalu; Kedua adalah Skala Waktu
Absolut (Radiometrik), yaitu suatu skala waktu geologi yang ditentukan
berdasarkan pelarikan radioaktif dari unsur-unsur kimia yang terkandung dalam
bebatuan. Skala relatif terbentuk atas dasar peristiwa-peristiwa yang terjadi
dalam perkembangan ilmu geologi itu sendiri, sedangkan skala radiometri
(absolut) berkembang belakangan dan berasal dari ilmu pengetahuan fisika yang
diterapkan untuk menjawab permasalahan permasalahan yang timbul dalam bidang
geologi.
- Skala
Waktu Relatif
Sudah sejak lama sebelum para ahli geologi dapat
menentukan umur bebatuan berdasarkan angka seperti saat ini, mereka
mengembangkan skala waktu geologi secara relatif. Skala waktu relatif
dikembangkan pertama kalinya di Eropa sejak abad ke 18 hingga abad ke 19.
Berdasarkan skala waktu relatif, sejarah bumi dikelompokkan menjadi Eon (Masa) yang terbagi menjadi Era (Kurun), Era dibagi-bagi kedalam Period (Zaman), dan Zaman dibagi bagi
menjadi Epoch (Kala). Nama-nama
seperti Paleozoikum atau Kenozoikum tidak hanya sekedar kata yang
tidak memiliki arti, akan tetapi bagi para ahli geologi, kata tersebut
mempunyai arti tertentu dan dipakai sebagai kunci dalam membaca skala waktu
geologi. Sebagai contoh, kata Zoikum
merujuk pada kehidupan binatang dan kata “Paleo”
yang berarti purba, maka arti kata Paleozoikum
adalah merujuk pada kehidupan binatang-binatang purba, “Meso” yang mempunyai arti tengah/pertengahan, dan “Keno” yang berarti sekarang. Sehingga
urutan relatif dari ketiga kurun tersebut adalah sebagai berikut: Paleozoikum, kemudian Mesozoikum, dan kemudian disusul dengan Kenozoikum. Sebagaimana diketahui bahwa
fosil adalah sisa-sisa organisme yang masih dapat dikenali, seperti tulang,
cangkang, atau daun atau bukti lainnya seperti jejak-jejak (track), lubang-lubang (burrow) atau kesan daripada kehidupan
masa lalu diatas bumi. Para ahli kebumian yang khusus mempelajari tentang fosil
dikenal sebagai Paleontolog, yaitu
seseorang yang mempelajari bentuk-bentuk kehidupan purba.
Fosil dipakai sebagai dasar dari skala waktu
geologi. Nama-nama dari semua Eon
(Kurun) dan Era (Masa) diakhiri
dengan kata zoikum, hal ini karena
kisaran waktu tersebut sering kali dikenal atas dasar kehidupan binatangnya.
Batuan yang terbentuk selama Masa Proterozoikum
kemungkinan mengandung fosil dari organisme yang sederhana, seperti bacteria dan algae. Batuan yang terbentuk selama Masa Fanerozoikum kemungkinan mengandung fosil fosil dari binatang yang
komplek dan tanaman seperti dinosaurus dan mamalia. Pada tabel 4.2.1 diperlihatkan
kemunculan dan kepunahan dari berbagai jenis binatang dan tumbuhan sepanjang
650 juta tahun yang lalu dalam skala waktu geologi.
Tabel 1. Peristiwa Kemunculan dan Kepunahan
Berbagai Jenis Organisme (Fauna Dan Flora) pada Skala Waktu Geologi Sepanjang
650 Juta Tahun Lalu Hingga Saat ini
Sumber: Buku Pengantar Geologi,Djauhari Noor
- Skala
Waktu Absolut (Radiometrik)
Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa skala waktu
relatif didasarkan atas kehidupan masa lalu (fosil). Bagaimana kita dapat menempatkan
waktu absolut (radiometrik) kedalam skala waktu relatif dan bagaimana pula para
ahli geologi dapat mengetahui bahwa:
1. Bumi itu telah berumur sekitar 4,6 milyar tahun
2. Fosil yang tertua yang diketahui berasal dari batuan
yang diendapkan kurang lebih 3,5 milyar tahun lalu.
3. Fosil yang memiliki cangkang dengan jumlah yang
berlimpah diketahui bahwa pertama kali muncul pada batuan-batuan yang berumur
570 juta tahun yang lalu.
4. Umur gunung es yang terahkir terbentuk adalah 10.000
tahun yang lalu.
Para ahli geologi abad ke19 dan para paleontolog
percaya bahwa umur Bumi cukup tua, dan mereka menentukannya dengan cara
penafsiran. Penentuan umur batuan dalam ribuan, jutaan atau milyaran tahun
dapat dimungkinkan setelah diketemukan unsur radioaktif. Saat ini kita dapat
menggunakan mineral yang secara alamiah mengandung unsur radioaktif dan dapat
dipakai untuk menghitung umur secara absolut dalam ukuran tahun dari suatu
batuan.
Tabel 2 Skala Waktu Geologi Relatif
Sebagaimana kita ketahui bahwa bagian terkecil dari
setiap unsur kimia adalah atom. Suatu atom tersusun dari satu inti atom yang
terdiri dari proton dan neutron yang dikelilingi oleh suatu
kabut elektron. Isotop dari suatu
unsur atom dibedakan dengan lainnya hanya dari jumlah neutron pada inti
atomnya. Sebagai contoh, atom radioaktif dari unsur potassium memiliki 19 proton dan 21 neutron pada inti atomnya
(potassium 40); atom potassium lainnya memiliki 19 proton dan 20 atau 22
neutron (potassium 39 danSebagaimana kita ketahui bahwa bagian terkecil dari
setiap unsur kimia adalah atom. Suatu atom tersusun dari satu inti atom yang
terdiri dari proton dan neutron yang dikelilingi oleh suatu kabut elektron.
Isotop dari suatu unsur atom dibedakan dengan lainnya hanya dari jumlah neutron
pada inti atomnya. Sebagai contoh, atom radioaktif dari unsur potassium
memiliki 19 proton dan 21 neutron pada inti atomnya (potassium 40); atom
potassium lainnya memiliki 19 proton dan 20 atau 22 neutron (potassium 39 dan potassium
41). Isotop radioaktif (the parent) dari satu unsur kimia secara alamiah akan
berubah menjadi isotop yang stabil (the daughter) dari unsur kimia lainnya
melalui pertukaran di dalam inti atomnya.
Perubahan dari “Parent”
ke “Daughter” terjadi pada kecepatan
yang konstan dan dikenal dengan “Waktu Paruh” (Half-life). Waktu paruh dari
suatu isotop radioaktif adalah lamanya waktu yang diperlukan oleh suatu isotop
radiokatif berubah menjadi ½ nya dari atom Parent-nya melalui proses peluruhan
menjadi atom Daughter. Setiap isotop radiokatif memiliki waktu paruh (half
life) tertentu dan bersifat unik. Hasil pengukuran di laboratorium dengan
ketelitian yang sangat tinggi menunjukkan bahwa sisa hasil peluruhan dari
sejumlah atom-atom parent dan atom-atom daughter yang dihasilkan dapat dipakai
untuk menentukan umur suatu batuan.
Referensi
Djauhari Noor,2012.Pengantar Geologi edisi Kedua, Bogor:Pakuan University Pres
Minggu, 11 Juni 2017
Mengenal Geologi
Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan
Kebumian yang mempelajari segala sesuatu mengenai planet Bumi beserta isinya
yang pernah ada. Merupakan kelompok ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan
bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur, proses-proses yang bekerja baik
didalam maupun diatas permukaan bumi, kedudukannya di Alam Semesta serta
sejarah perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang.
Geologi dapat digolongkan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang komplek,
mempunyai pembahasan materi yang beraneka ragam namun juga merupakan suatu
bidang ilmu pengetahuan yang menarik untuk dipelajari. Ilmu ini mempelajari
dari benda-benda sekecil atom hingga ukuran benua, samudra, cekungan dan
rangkaian pegunungan.
Hampir semua kebutuhan kita sehari-hari diperoleh
dari bumi mulai dari perhiasan, perlengkapan rumah tangga, alat transportasi
hingga ke bahan energinya, seperti minyak dan gas bumi serta batubara. Dan
hampir setiap bentuk kegiatan manusia akan berhubungan dengan bumi, baik itu
berupa pembangunan teknik sipil seperti bendungan, jembatan, gedung-gedung
bertingkat yang dibangun diatas permukaan bumi, maupun untuk memenuhi
kebutuhannya seperti bahan-bahan tambang maupun energi seperti migas dan
batubara, yang harus digali dan diambil dari dalam bumi. Kaitannya yang sangat
erat dengan bidang-bidang kerekayasaan tersebut seperti Teknik Sipil,
Pertambangan, Pengembangan Wilayah dan Tata Kota serta Lingkungan, menyebabkan
ilmu ini semakin banyak dipelajari, tidak saja oleh mereka yang akan
memperdalam bidang geologi sebagai profesinya, tetapi juga bagi lainnya yang
bidang profesinya mempunyai kaitan yang erat dengan bumi.
Seorang ahli geologi mempunyai tugas disamping
melakukan penelitian-penelitian untuk mengungkapkan misteri yang masih
menyelimuti proses-proses yang berhubungan dengan bahan-bahan yang membentuk
bumi, gerak-gerak dan perubahan yang terjadi seperti gempa-bumi dan meletusnya
gunungapi, juga mencari dan mencoba menemukan bahan-bahan yang kita butuhkan
yang diambil dari dalam bumi seperti bahan tambang dan minyak dan gas bumi.
Dengan semakin berkembangnya penghuni bumi, dimana sebelumnya pemilihan wilayah
pemukiman bukan merupakan masalah, sekarang ini pengembangan wilayah harus
memperhatikan dukungan terhadap lingkungan yang ditentukan oleh faktor-faktor
geologi agar pembangunannya tidak merusak keseimbangan alam. Karena itu tugas
seorang ahli geologi disamping apa yang diuraikan diatas, juga mempelajari
sifat-sifat bencana alam, seperti banjir, longsor, gempa-bumi dll; meramalkan
dan bagaimana cara menghindarinya.
Karena luasnya bidang-bidang yang dicakup, maka
Geologi lazimnya dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu Geologi Fisik dan
Geologi Dinamis. Geologi Fisik atau Physical
Geology, adalah suatu studi yang mengkhususkan mempelajari sifat-sifat
fisik dari bumi, seperti susunan dan komposisi dari pada bahan-bahan yang
membentuk bumi, selaput udara yang mengitari bumi, khususnya bagian yang
melekat dan berinteraksi dengan bumi, kemudian selaput air atau hidrosfir,
serta proses-proses yang bekerja diatas permukaan bumi yang dipicu oleh energi
Matahari dan tarikan gayaberat bumi. Proses-proses yang dimaksud itu, dapat
dijabarkan sebagai pelapukan, pengikisan, pemindahan dan pengendapan.
Dalam skema dibawah ini diperlihatkan hubungan yang
saling berinteraksi dan saling mempengaruhi antara Litosfir yang merupakan
bagian paling luar dari Bumi yang bersifat padat, dengan Atmosfir (udara) dan
Hidrosfir (selaput air), yang kemudian menciptakan Biosfir yang merupakan
bagian dari Bumi dimana terdapat interaksi antara ketiganya dan kehidupan di
Bumi. Interaksi ini menyebabkan sifat bumi yang dinamis. Kedalam Biosfir itu
termasuk semua jenis kehidupan yang ada di Bumi. Dan semuanya itu terkumpul
dalam lapisan atau zona yang dimulai dari dasar samudra keatas dan menembus
hingga beberapa kilometer kedalam Atmosfir. Kemudian tepat dibawah Atmosfir dan
samudra terdapat bagian yang keras dari bumi yang disebut Litosfir.
Gambar Interaksi antara Litosfir, Hidrosfir,
Biosfir dan Atmosfir
Disisi lain, Geologi Dinamis adalah bagian dari Ilmu
Geologi yang mempelajari dan membahas tentang sifat-sifat dinamika bumi. Sisi
ini berhubungan dengan perubahan-perubahan pada bagian bumi yang diakibatkan
oleh gaya-gaya yang dipicu oleh energi yang bersumber dari dalam bumi, seperti
kegiatan magma yang menghasilkan vulkanisma, gerak-gerak litosfir akibat adanya
arus konveksi, gempabumi dan gerak-gerak pembentukan cekungan pengendapan dan
pegunungan. Dalam perioda abad ke 20, bagian dari ilmu geologi ini dapat
dikatakan sedang berada dalam puncak perkembangannya yang semakin mempesona
bagi para pakar ilmu kebumian, yaitu dengan dicetuskannya Konsep Tektonik
Global Yang Baru (The New Global Tectonic)
dengan Teori Tektonik Lempengnya. Teori ini telah menimbulkan suatu revolusi
dalam pemikiran-pemikirannya dan telah banyak mempengaruhi cabang-cabang
lainnya dari ilmu geologi seperti petrologi, stratigrafi, geologi struktur,
tektonik serta implikasinya terhadap pembentukan cebakan mineral, minyak bumi
dan sebagainya.
Referensi
Langganan:
Postingan (Atom)
hv
google-site-verification: google7785cb9d69872723.html
-
Pada dasarnya bumi secara konstan berubah dan tidak ada satupun yang terdapat diatas permukaan bumi yang benar-benar bersifat permanen. Beb...
-
Pembentukan bentangalam gunungapi sepenuhnya dikendalikan oleh proses proses geologi (gaya endogenik) sejak saat pembentukannya hingga...
-
Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang mempelajari segala sesuatu mengenai planet Bumi beserta isinya yang pernah...